Rabu, 08 Agustus 2012


Mengapa program/kebijakan tersebut muncul?
1. Tingginya angka kematian ibu maternal dan bayi
2. Paradigma masyarakat yang masih menggantungkan persalinan ke dukun
3. Terbatasnya akses terhadap pelayanan persalinan.
Apa tujuan program/kebijakan tersebut?
Melindungi ibu hamil dan proses persalinan
Bagaimana gagasan tersebut bekerja?
1. Jamkesmas dan jamkesda untuk ibu miskin
2. kampanye GSI dengan melibatkan partisipasi masyarakat, terutama suami dan anak-anak
3. kemitraan Dukun dan Bidan
4. Pembentukan satgas GSI bekerja sama dengan pelatih senam ibu hamil, bekerja sama dengan becak dan ojek untuk mengantar ibu hamil, bekerjasama dengan KUA untuk mengajak partisipasi pasangan kelas ekonomi menengah atas dalam GSI.
5. Pembentukan Pondok Sayang Ibu yang dapat digunakan oleh ibu hamil yang waktu melahirkannya sudah dekat sementara jarak rumahnya jauh dari pusat pelayanan kesehatan.
Siapa inisiatornya? Siapa saja pihak-pihak utama yang terlibat?
Program Nasional Gerakan Sayang Ibu pada tahun 1996, diimplementasikan sejak tahun 2007 lewat inisiasi walikota Palopo H Tenriadjeng
Apa perubahan utama yang dihasilkan?
Terhitung 42 ibu meninggal dalam kurun waktu 2006-2007. Dari 25 orang angka kematian ibu di tahun 2007, kota yang berpenduduk 141.996 jiwa ini berhasil menekan kematian ibu menjadi 4 jiwa di tahun 2008 dan akhirnya zero percent di tahun 2009
Siapa yang paling memperoleh manfaat?
Ibu Hamil dan melahirkan

Deskripsi Ringkas
Gerakan sayang ibu yang menjadi program unggulan Kota Palopo merupakan program nasional yang dicanangkan di Indonesia sejak tahun 1996 yang bertujuan untuk menekan tingkat kematian ibu dan bayi. Salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang mengalami peningkatan jumlah kematian ibu maternal (kematian ibu hamil, melahirkan dan masa nifas)adalah Palopo padahal Jamkesmas/ Jamkesda . Terhitung 42 ibu meninggal dalam kurun waktu 2006-2007. Terbukti angka kematian ibu dapat ditekan secara drastis. Dari 25 orang angka kematian ibu di tahun 2007, kota yang berpenduduk 141.996 jiwa ini berhasil menekan kematian ibu menjadi 4 jiwa di tahun 2008 dan akhirnya zero percent di tahun 2009
Sebagai langkah awal Wali Kota Palopo H.P.A. Tenriadjeng dan jajaran pejabat kota lainnya turun tangan dengan melakukan siaran langsung menyebarkan informasi GSI di beberapa radio swasta lokal. Komunikasi Informasi Masyarakat (KIM) juga diberdayakan sebagai alat sosialisasi sekaligus alat informasi GSI dengan cara membuat buletin, kliping, berdiskusi, dan memberikan informasi.
Gerakan sayang ibu dilaksanakan dengan melibatkan warga. Di beberapa kecamatan, para ketua satgas GSI dan pengurus inti di semua kelurahan di dominasi kaum bapak yang berarti adanya pelibatan kaum laki-laki dalam gerakan ini. Selain itu, dukun atau Sanro di Palopo pun dirangkul dan dilibatkan dalam proses persalinan bayi. Sanro tidak dilihat sebagai kompetitor, tetapi dijadikan mitra bidan. Kerjasama bidan dan dukun bayi dijaga agar terlaksana persalinan aman.
Satgas GSI juga bekerja sama dengan pelatih senam khusus ibu-ibu hamil. Satgas GSI juga membentuk kelompok keluarga sadar hukum GSI yang anggota-anggotanya terdiri dari kelompok dasawisma, karang taruna, remaja masjid, dan remaja gereja. Di samping itu juga ada pembentukan Pondok Sayang Ibu yang dapat digunakan oleh ibu hamil yang waktu melahirkannya sudah dekat sementara jarak rumahnya jauh dari pusat pelayanan kesehatan.
Untuk memudahkan transportasi ibu hamil, telah dibentuk pula satgas ojek dan becak GSI untuk mengantar ibu hamil. Tidak hanya itu, warga setiap kelurahan pun dengan sukarela menyiapkan kendaraan untuk ibu hamil sekaligus menjadi donor darah siaga. Lewat KUA dan Satgas GSI membentuk triangle lovely (kasih sayang tiga sisi) yaitu pelaminan menuju GSI. Pada program ini, setiap pasang pengantin yang memiliki tingkat perekonomian yang memadai akan diminta partisipasinya membantu program GSI.
Dukungan pemerintah kota dengan memperkuat regulasi kesehatan melalui terbitnya Perda Kota Sehat yang merupakan perda kota sehat pertama di Indonesia. Beberapa langkah tersebut mengantarkan Palopo sebagai peraih Otonomi Award 2010 versi FIPO bidang pelayanan Kesehatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar